Selasa, 02 Desember 2008

Cerita Lama (1): Sepi di Pedalaman

PENGANTAR: Waaw... saat searching tentang 'Taman Budaya Banjar' akhirnya bertemu tulisan harta karun ini. Tulisan ini dari Tempo edisi 13 April 1974 dan dilaporkan oleh Rahmat Marlim. Ada juga disebut tentang Banjar Raya. Silakan menyimak.***


Taman Sholihin akan dibangun di Banjarmasin. Tempat hiburan mendiangin permai, riam kanan, sekutang indah tak luput dari perhatian pemda. Khabarnya pemda menginginkan kotanya seperti Bangkok. (hb)

KEDUDUKAN hiburan dipropagandakan lagi dari mulut Gubernur Ali Sadikin, pada penutupan Festival Teater Remaja Desember kemarin. Dengan gagah dan semangat, tokoh ini mengukuhkan hiburan sebagai kebutuhan hidup yang penting. Tidak istimewa -- kecuali bahwa peranannya nan penting itu sudah tentu hampir selalu tertimbun di bawah kebutuhan yang lebih akut: usaha mengganjal perut dengan isi yang cukup layak. Maka tetap sepilah pedalaman neeri ini. Hiburan tak kurang dari barang mewah. Usaha-usaha buat berhibur-hibur pun menjadi tersipu-sipu, maklum dekat sekali dengan pengertian pemborosan. Padahal sikap rohani yang tidak tegang konon pangkal sehatnya kehidupan bersama.

Di Banjarmasin, ada orang merindukan sebuah Taman Sholihin untuk mengekor Taman Ismail Marzuki di Jakarta. Harapan yang dilempar-kan lewat ruang budaya Banjarmasin Post itu barangkali hanya impian seniman-seniman yang kesepian. Memang sudah sejak lama juga berlaku kebiasaan menghargai wadah sebagai syarat pokok yang mencatumkan kesibukan, dan siapa tahu juga kebutuhan. Padahal di Jakarta kebutuhan sudah lebih dahulu menuntut sebuah tempat -- sampai akhirnya dengan menamakannya sebagai sebuah proyek rugi, berdiri juga itu Taman yang di atas segala kekurangannya cukup dapat dibanggakan kepada semua orang. Di Banjarmasin, seperti dilaporkan pembantu TEMPO Rahmat Marlim, sebenarnya telah ada yang bernama Banjar Raya. Hanya saja lantaran kurang asuhan, tempat binatang-binatang ini membelukar kembali dan menjadi rawa. Burung-burungnya terbang, tak tahu ke mana Rasa axis yang cantik, hadiah Presiden Suharto, tersia-sia. Sehingga sulit juga mencari di mana letak Taman Tirta Nirwana-nya.

Kapal klotok.

Di kilometer satu, kini tanah sudah dibeli seharga Rp 12,5 juta lantaran Pemerintah Daerah tertarik juga rupanya untuk membangun semacam gelanggang remaja, meskipun sampai kini rakyat belum melihat bukti yang lebih konkrit di atas tanah tersebut. Maklumlah. Di sana kalau ada yang haus bersenang-senang, masih ada tempat yang disebut Mandiangin Permai, Riam Kanan atau jauh di luar kota Barabai ada pegunungan Pagat. Adapun Sekutang Indah, proyek parawisata milik kapten purnawirawan Impat, terpaksa menggulung dirinya sejak yang empunya tersekap di penjara Barabai. Pun juga pantai Kisung tempat bersantai para remaja di kabupaten Tanah Laut 76 Km dari kota -- di mana ada mainan ombak dan perahu layar. Jalanan ke sini masih repot diutak-atik, masih bersisa enam kilometer yang belum licin. Harapan kemudian tinggal pada Riam Kanan yang cukup genit oleh tempat tamasya Jambunaunya. Pada hari-hari liburan ke sana muda-mudi nomplok. Walaupun mobil-mobil angkutan terbilang kurang. Untunglah ada kapal-kapal klotok yang memanfaatkan kekurangan itu sehingga menjadi semacam mata pencaharian juga. Pemerintah Daerah melek juga terhadap arus ini -- dan kabarnya, menurut kuping Rahmat Marlim merekapun sudah berniat mencampuri daya tarik Riam Kanan. Tetapi sebagaimana kebiasaan pedalaman, niat itu baru sampai pada keinginan.

Bapak Keng Lie.

Sesungguhnya Banjarmasinpun mendambakan diri menjadi kota pariwisata. Dengar: diam-diam ia telah mengidentifikasikan diri dengan Bangkok. Entah apa yang mau dijual dari kota yang sedang mencoba terbangun ini. Bila musim kemarau mencat biru langit, memang di atas kota banyak ekor layang-layang yang menjadi mainan semua orang. Di Kali Martapura yang menari dengan langgengnya, juga ada kegiatan-kegiatan kecil. Atau kesempatan lomba perahu pada hari ulang tahun Kota Madya. Selebihnya sepi-sepi saja. Walaupun ada beberapa kolam renang seperti Mandiangin atau Loktabat yang sedang dibenahi, tempat anak-anak mencemplungkan diri. Banjarmasin memang kurang hiburan, sehingga bioskop jadi tak pernah sepi. Tetapi inipun bioskop kelas murah yang beratap langit, yang -- duile -- namanya tak kalah mentereng dari bioskop kelas satu: Kamaratih. "Ada penonton yang datang berbekal sabun", kata Rahmat Marlim. Mengapa? "Bila hujan mengguyur lebat, bagaikan mandi sekali. Praktis". Tentunya ini main-main.

Tanpa melalui penobatan yang sah, raja bioskop di kota ini namanya bapak Ong Keng Lie. Dia ini membawahi bioskop-bioskop yang tergolong baik-baik: Dewi, Mawar dan Ria. Barangkali sejalan dengan kegemaran penduduk kota terhalap musik Melayu, film-film yang larispun film-film pribumi -- walaupu masih kalah dengan film India atau Mandarin. Bioskop sebagai tempat hiburan, rupanya -- setelah disimpulkan dengan cukup gegabah -- paling berkembang. Dibutuhkan dan dipelihara, karena memang mendatangkan uang. Sulit meramalkan apakah ada tilik-titik terang pada sarana hiburan yang lain. Tentu saja sukar memastikan apakah sebuah hiburan harus menjadi beban dahulu sebelum orang berebutan mencaharinya, atau malahan sebaliknya: digratiskan saja. Kalau digratiskan tentunya ia tidak akan pernah dicampuri tangan-tangan swasta. Dan kalau diserahkan kepada Pemerintah Daerah, siapa tahu akan tetap tinggal keinginan. Maklum keinginan baik memang selamanya ada, tetapi apakah itu harus diperhatikan sedang orang sedang dihadapkan pada kebutuhan yang jauh lebih mendesak?

(Sumber: Majalah Tempo, 06/IV 13 April 1974)

1 komentar:

Anonim mengatakan...

salam kenal.. berkaitan dengan nama pengusaha bioskop Ong keng Lie, saya sedang menyusun skripsi tentang perkembangan bioskop di banjarmasin dengan rentang waktu 1980-1990. saya perlu data-data yang berhubungan dengan bioskop termasuk postingan anda tentang pengusaha bioskop ini, jadi kalau ada sumber yang lebih banyak lagi termasuk alamat tempat tinggal Ong Keng Lie. saya akan sangat berterimakasih.. atau data apa saja yang anda milki berhubungan dengan bioskop... email saya : yadie_scream@yahoo.co.id